Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Al-Baqarah 45)
Wahai orang-orang yang beriman ! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah 153)
(Terjemah Depag edisi 2002)
Dua kutipan ayat Al-Qur’an yang terjemahannya dikutip di atas memiliki redaksi yang mirip, perintah untuk meminta pertolongan dengan sabar dan salat. Hanya dalam dua ayat pada surat Al-Baqarah ini saja perintah dengan redaksi seperti ini muncul.
Mungkin timbul pertanyaan dalam hati kita, meminta pertolongan kepada Allah untuk apa ? Tentu saja kita tidak akan mendapatkan informasi terkait hal ini tanpa memperhatikan masing-masing ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya. Beberapa tafsir bahkan dapat berbeda dalam menginterpretasikan maksud ayat di atas.
Al-Baqarah 45 dalam Tafsir Al-Azhar Buya Hamka
Buya Hamka menerjemahkan surat Al-Baqarah ayat 45 sebagai berikut :
“Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan salat. Dan sesungguhnya hal itu amat berat, kecuali atas orang-orang yang khusyu.”
Menurut Buya, sabar (ketabahan, keteguhan) merupakan benteng pertahanan. Pertahanan dalam mengarungi kehidupan, menghadapi kesulitan. Walaupun sabar sudah ada, kadang jiwa masih dapat berguncang, di sini bertemu dengan fungsi salat.
Dari penjelasan beliau, pertolongan yang kita minta adalah pertolongan terkait menghadapi problematika kehidupan, yang penuh ujian dan kesulitan. Jadi beliau mengambil makna umum di sini. Secara lingustik, beliau mengembalikan rujukan kata ganti ha, pada kata wa innaha lakabiratun, kepada salat. Jadi salat amat berat, kecuali bagi orang yang khusyu’. Kenapa salat menjadi berat ? Bukankah makna khusyu’ biasanya terkait dengan proses salat, bukan sebelum melaksanakan salat ? Buya Hamka menjelaskan salat berat karena kegelapan jiwa, sukar menerima nasehat. Sedangkan makna khusyu di sini beliau sebutkan sebagai keinsyafan dan ketundukan, yang nilai keinsyafannya akan bertambah dengan menyadari bahwa manusia akan kembali dan bertemu dengan Allah, sebagaimana disebutkan dalam ayat selanjutnya (ayat 46).
Al-Baqarah 45 menurut Tafsir Al-Furqan A. Hassan
A. Hassan menerjemahkan ayat 45 dari surat Al-Baqarah dengan, “Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan (dengan) sembahyang, karena sesungguhnya hal itu memang berat melainkan atas orang-orang yang merendah diri.”
A. Hassan memberikan catatan kaki terkait dengan meminta pertolongan untuk apa. Beliau memberi catatatan, “Minta pertolongan kepada Allah, buat menghilangkan sifat-sifat pemalsuan, takabur, dan keras hati kamu”. Beliau juga memberi catatan terkait dengan arti “hal itu” (maksudnya, rujukan kata ganti ha, pada kata wa innaha lakabiratun), “Hal itu : Hal menghilangkan pemalsuan, takabur, dan keras hati.”
Tampak di sini A. Hassan menafsirkan dalam konteks pembicaraan mengenai Bani Israel utamanya terkait dengan penyakit atau korupsi pemikiran (intelektual) maupun moral mereka, misalnya penyakit menyembunyikan kebenaran, menyimpangkan makna kebenraran, menjual kebenaran dengan harga murah, kesombongan diri, rasialisme atau chauvinisme, serta kekerasan hati. Jadi beliau mengambil makna yang lebih khusus, fungsi sabar dan salat di sini sebagai wahana terapi bagi penyakit intelektual dan moral.
Penafsiran A. Hassan maupun Buya Hamka terkait dengan kemana kata ganti ha merujuk, sebenarnya merupakan dua penafsiran klasik yang tercatat dalam tafsir Ibnu Katsir. Sebagian besar yang dikutip Ibnu Katsir merujukkannya pada salat. Sebagian yang lain merujuk pada wasiat (perintah-perintah, maupun teguran) pada ayat-ayat sebelumnya.
Perlu diingat walaupun konteksnya adalah kisah Bani Israel, ayat-ayat ini juga mengikatkan kita kaum Muslim secara khusus.
Al-Baqarah 153 dalam Tafsir Al-Furqan A. Hassan
A. Hassan tidak memberikan catatan kaki untuk ayat 153 ini.
Al-Baqarah 153 dalam Tafsir Al-Azhar Buya Hamka
Buya Hamka menempatkan konteks penafsiran mengenai perintah meminta pertolongan dengan sabar dan salat pada perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam (dalam masyarakat). Penyempurnaan nikmat (setelah diutusnya Rasulullah, perubahan kiblat) berupa kemenangan di masa depan tidak akan didapat secara gratis, tanpa usaha dan pengorbanan, serta penuh kesulitan. Sabar diperlukan karena munculnya penderitaan, serta menunggu hasil. Buya Hamka kembali mengulang penjelasan pada ayat 45 di atas terkait salah satu fungsi salat dalam membuat ketenangan dan menghilangkan kegelisahan jiwa, yang terkadang walaupun sudah bersabar menghadapi beragam cobaan, tetapi kegelisahan jiwa masih muncul juga.