Periode Pewahyuan, Tema dan Relasi Dengan Surat Sebelumnya. Diturunkan di Makkah, saat konflik antara benar dan salah ketika Nabi berdakwah memasuki fase final. Quraish dengan segala tipu-muslihat berusaha melenyapkan pesan Quran; Yahudi dan Nasrani memberikan suport kepada Quraish. (1) Quraish diperingatkan, pada kebangkitan kesuksesan duniawi mereka, seharusnya mereka tidak arogan dan menolak realitas yang nyata. Hukuman Tuhan menanti mereka. (2) Rasul dan pengikutnya diminta untuk bersabar dan tabah. (3) Pada surat 17, dan 18 ini Yahudi di-eskpos, sedangkan Nasrani di-eskpos pada surat 19, tujuannya mengingatkan Quraish, jika mereka dalam mengikuti mereka, memilih menolak kebenaran, Quraish akan kehilangan opurtini datangnya nikmat besar dari Tuhan.
Analisa.
(1-8) Nabi diminta untuk bersabar, karena tugasnya adalah memberi peringatan dan kabar gembira. Kalau ada yang menolak Quran, bukan karena ada yang salah dalam Quran atau salah dalam Nabi mendakwahkannya. Alasannya adalah kesenangan, membabi buta, mengikuti kesenangan dunia.
(9-26) Menjawab pertanyaan tentang pemuda kahfi. Tidak perlu detail. Kisah mereka merefleksikan apa yang dialami Nabi dan pengikutnya. Mereka bersabar, dan Tuhan memberikan solusi dan rahmat-Nya.
(27-31) Perintah fokus dakwah, perhatian pada mereka yang memberi atensi dan kaum miskin alih-alih pada mereka yang menjadi budak harta dan dunia.
(32-49) Perumpamaan bagi beratnya nilai Akhirat atas kesuksesan duniawi. Suskses dunia bukan bukti bagi benarnya jalan hidup mereka. Kekayaan dan nikmat dunia akan diambil suatu saat nanti. Banyak yang melihat akhirat hanya hipotesis dan sesuatu yang jauh.
(50-59) Kisah adam dan setan. Tujuan mengingatkan Quraish atas arogansinya dan kemalangan yang akan ditemuinya. Mereka ditegur karena penolakan terhadap wahyu, nikmat terbesar.
(60-82) Kisah Musa. Proses training dan pengajaran, agar menyadari apapun yang terjadi, terjadi karena kehendak-Nya dan berdasar kebijaksanaan-Nya. Di dunia ini, yang tidak adil dan jahat mendapat banyak kesempatan untuk kesenangan, sementara yang benar mendapat banyak tribulasi dan ujian. Hal ini membuat keyakinan banyak orang jadi goyah. Sabar dan sadar keterbatasan pengetahuan kita di banding pengetahuan Tuhan. Tindakan yang benar, apapun lingkungan yang dihadapi dalam menjalani kebenaran harus dijalani dengan sabar tabah, dan menunggu manifestasi kebijaksanaan Tuhan, dan berharap jika bukan di dunia ini, akan termanifestasi nanti (di akhirat).
(83-101). Kisah Dzulqarnain. Pelajaran bagi Quraish; mereka memandang peringatan Rasul adalah sekedar lawakan, dan kekuatan politis mereka akan abadi. Dzulqarnain kebalikan dari sikap mereka, bahkan dengan kekuasaan politis yang melebihi mereka.
(102-110) Bagian kesimpulan. Topik mengenai peringatan diulang kembali. Peringatan diberikan dengan style baru; mereka yang membuat ejekan pada wahyu, kebijaksanaan Tuhan, dan meminta mukjizat dijawab dengan jika mereka bisa menggunakan mata untuk melihat, ayat-ayat Tuhan bertebaran di sekeliling mereka; membuat mukjizat adalah hak preogratif Tuhan.