Lebih dari sekedar terjemahan Al Qur’an kita memerlukan tafsir untuk membantu kita menyerap makna-makna Al Qur’an. Kendalanya, biasanya buku-buku tafsir detail membahas satu ayat atau sekelompok ayat; kadang visi menyeluruh terkait satu surat (kecuali mungkin surat-surat pendek) sulit kita dapatkan atau kita kontruksi sendiri berdasarkan apa yang telah kita baca. Di sini kita terbantu oleh studi-studi yang telah dilakukan yang membahas satu surat tertentu, seperti yang dilakukan oleh Khurram Murad dalam Key To Al Baqarah. Dengan melihat secara global kita dapat memahami koherensi antar tema dalam surat itu, hal yang mungkin selama ini sulit kita cerap.
Khurram Murad tentu saja bukan orang pertama yang menggunakan metode ini, M.A.Darraz telah menunjukkannya ketika membahas desain semantik surat Al Baqarah dalam bab penutup kitab beliau An Naba’ Al Azhim, Abul Hasan An Nadwi menulis refleksi khusus mengenai surat Al Kahfi, dan mungkin banyak ulama lain yang telah menggunakan metode yang sama.
Al Baqarah adalah surat kedua dalam urutan mushaf, walaupun secara kronologis diturunkan pada periode akhir kenabian pada fase Madinah. Mengapa ia ditempatkan di awal ? Apalagi fokus tematiknya pada masyarakat dan kehidupan sosial; bukan pada dasar-dasar iman yang menjadi bahasan utama surat-surat yang turun terlebih dahulu (Makkiah). Pertanyaan ini berakar pada pertanyaan yang lebih besar, mengapa Al Qur’an tidak disusun berdasarkan urutan kronologis turunnya ? Urutan penyusunan surat dalam Al Qur’an tentu saja bersifat tauqifi, diterima berdasarkan petunjuk Rasulullah. Hikmahnya, menurut Khurram Murad, ada dua. Pertama, Al Qur’an adalah petunjuk yang abadi, berlaku di semua tempat dan waktu. Dengan melepaskan diri dari urutan sejarahnya, dia melampaui konteks partikular sejarahnya dalam waktu dan tempat dan menjadikannya abadi, valid dan relevan dalam setiap konteks. Kedua, ketika Al Qur’an diturunkan, awalnya dialamatkan pada non-muslim, mereka yang berusaha mengingkarinya, juga mereka yang beriman dan sedang dibentuk menuju umat yang ideal. Setelah Al Qur’an lengkap diturunkan, umat itu sudah terbentuk; permusuhan utama sudah berakhir. Sasaran utamanya adalah masyarakat mukmin. Kitab ini diamanahkan kepada umat islam untuk menjaga, memahami, menafsirkan, hidup dalam petunjuknya dan mengajak umat lain ke dalam naungannya.
Tema Sentral Al Baqarah
Apakah kemudian tema sentral surat ini ? Khuram Murad menyatakan, tema sentral surat ini adalah Misi dari Umat Islam : apakah misi yang diemban umat ini, menasehati, meginspirasi dan mempersiapkan umat muslim untuk memenuhi misi ini dan memperingatan terjadinya deviasi dari misi itu.
Apakah misi umat Islam itu ? Sebagai saksi bagi manusia (2:143). Saksi atas apa ? Saksi atas kebenaran dan petunjuk yang diberikan oleh Allah.
Struktur Kandungan Al Baqarah
Menurut Khurram Murad, surat ini terdiri atas 7 bagian :
- Dasar-dasar petunjuk Ilahi (ayat 1-39)
- Kemorostan Bani Israil, Komunitas Muslim (masa lalu): Kegagalan memenuhi janji dan penyakit hati dan perilaku (ayat 40-123)
- Amanah misi kenabian pada Umat Muslim (yang baru) (ayat 124-152)
- Sumber Daya (Bekal) Personal dan Prinsip Dasar Din dan Syari’at (ayat 153-177)
- Kehidupan Komunal : Prinsip, Hukum dan Institusi Hidup Bermasyarakat (ibadah, kesucian hidup-harta dan keluarga) (ayat 178-242)
- Jihad (Perjuangan) dan infaq (Pengeluaran Dana): Kunci Kesuksesan Pemenuhan Misi (ayat 243-283)
- Kesimpulan : Bekal moral dan Spiritual (ayat 284-286)
Ayat 1-39 : Dasar-dasar petunjuk Ilahi
Ayat 1-19 menjelaskan macam manusia yang beruntung dan merugi; dimulai dengan pernyataan kebenaran wahyu Ilahi tanpa keraguan, dan sasarannya untuk membimbing. Membimbing siapa dan kemana ? Para muttaqin menuju taqwa. Ciri orang bertaqwa dirinci dalam 2-5. Selanjutnya diidentifkasi orang yang tidak akan beruntung karena tertutup hatinya (6-7) dan mereka yang mengaku beriman tapi sebenarnya tidak (8-20), yang terdiri atas mereka yang memusuhi dan menghina (munafik karena pilihan) dan yang beriman tapi ragu Ketika menghadapi cobaan dan pengorbanan (munafik karena lemah iman).
Lalu al Qur’an pada pesan utamanya untuk menyembah Allah saja (21-22), penetapan kerasulan (23-25), kebenaran tentang hidup setelah mati (28-29), juga mengenai penyakit pikiran yang ada pada mereka yang sesat. Ayat 30-39 kisah mengenai penciptaan dan pandangannya atas manusia, yang diberik kehendak bebas, dapat memilih; sebagai khalifah di muka bumi. Juga janji penerimaan tobat dan pemberian petunjuk bagi kehidupan mereka.
Tema berulang: Hati, sebagai pusat kesadaran manusia, menjadi tema berulang yang muncul. Sebutan hati yang tertutup, penyakit hati, hati yang keras, hati yang gandrung pada sapi sesembahan, dsb.
Ayat 40-123 : Kemorostan Bani Israil, Komunitas Muslim (masa lalu): Kegagalan memenuhi janji dan penyakit hati dan perilaku
Mengapa bicara Bani Israil di awal ? Apa hanya karena kehadiran mereka di Madinah ? Tujuannya tidak untuk mengutuk Yahudi, tetapi untuk memberikan cermin bagi muslim sepanjang masa. Saat itu muslimin adalah umat yang baru berkembang dan ditunjuk sebagai pemegang petunjuk Ilahi dan pewaris misi kenabian; sebagaimana yang pernah diberikan kepada bani Israil. Bani Israil mengalami kegagalan menjalankan misi ini (misi kesaksian risalah), umat Islam sebagai pengganti diberikan rambu-rambu waspada terhadap apa yang menyebabkan umat masa lalu (Bani Israil) gagal memenuhi misi ini.
Sub-bagian ke-1 (40-46), dakwah umum kepada bani israil. Bagian ini memberi petunjuk bagaimana dakwah harus dilakukan; apa tema dan gayanya, apa yang perlu diprioritaskan. Juga mengenai proses regenerasi umat. Seruan kepada syukur, jalan iman, shalat berjamaah dan zakat, menghilangkan kemunafikan, membangun kekuatan dengan sabar dan shalat,
Sub-bagian ke-2 (47-74), mengingatkan bani Israil kejadian penting dalam sejarah mereka dan sikap mereka terhadapnya; sebagai renungan penuh makna mengenai penyakit hati, iman dan amal. Kisah sapi betina menyimbolkan kecintaan pada keduniaan sebagai sesembahan, penolakan atas manna dan salwa menunjukkan pilihan hidup mapan dan menolak perjuangan. Semua ini mengakibatkan kehinaan dan kelemahan. Jika Syariah menjadi hal yang disepelekan, diingkari, tidak diikuti; ruhani menjadi membatu sekeras batu.
Tema berulang: Surah ini secara keras menolak miskonsepsi bahwa hanya sekedar berafilisasi ke dalam agama ‘yang sudah mapan’ (‘established’ religion) sudah mencukupi untuk keselamatan; terlepas dari keyakinan (iman) dan amal saleh-nya. Banyak klaim dilakukan hanya karena sekedar afiliasi label ke dalam agama ‘yang sudah mapan’ (Yahudi, Nasrani, Sabiin dsb) ; klaim hak atas surga, klaim petunjuk yang benar, klaim sebagai bangsa terpilih dsb.
Sub-bagian ke-3 (75-123), sejarah keadaan hati dan pikiran, perilaku dan tindakan yang ditujukan kepada Rasulullah dan komunitas muslim di Madinah. Penolakan dan oposisi mereka terhadap kebenaran yang dibawa Rasulullah SAW bukanlah hal yang baru, tetapi merupakan kontinuitas dari sejarah panjang mereka. Penolakan untuk berpihak pada kebenaran, kaum intelektual yang memutarbalikkan ayat suci demi keuntungan duniawi, fanatisme, mementingkan simbol-simbol bukan iman dan amal salih.
Ayat 124-152 : Amanah misi kenabian pada Umat Muslim (yang baru)
Didahului oleh kisah suci Ibrahim. Umat yang baru merupakan pengabulan doa Ibrahim Ketika ia membangun ka’bah. Seluruh kisah menyatakan peralihan amanah dari bani Israil kepada umat Islam. Simbolisasinya pada peralihan kiblat.
Ayat 153-177: Sumber Daya (Bekal) Personal dan Prinsip Dasar Din dan Syari’at
153-162 merupakan modal untuk pemenuhan janji missional di atas. Bekal paling penting adalah kesadaran terhadap Allah, dalam bentuk dzikir selalu kepada-Nya. Sabar merupakan bekal kedua. Penekanan pada sabar menunjukkan diperlukannya pengorbanan untuk pemenuhan misi itu. Sabar digabungkan dengan Shalat dalam upaya mencapai kesuksesan. Sabar didahulukan karena shalat tidak dapat ditegakkan tanpa kesabaran (personal atau komunal), tetapi sholat akan menghasilkan dan mendukung kualitas kesabaran itu.
Ayat tentang shafa dan marwa mengungkap kisah pengorbanan, kesabaran, harapan dan keyakinan pada Allah. 163-167 membahas landasan penting dalam syari’at (tauhid), diikuti oleh cinta kepada-Nya. Iman dan cinta meminta kita untuk patuh kepada Rasul-Nya. Selanjutnya prinsip Syariah yang penting : (1) semua kebaikan adalah mubah kecuali hal-hal yang dilarang. Prinsip yang diderivasi terkait aturan tentang makan dan minum; (2) otoritas untuk melarang hanya pada Allah SWT; (3) hanya yang dilarang oleh Allah-lah yang terlarang; (4) larangan dapat direlaksasi pada kasus-kasus tertetu; dan (5) larangan secara moral adalah hal yang lebih dipentingkan.
Tema berulang: Meskipun surah ini menetapkan beragam ritual ibadah dan aturan legal dan meminta ketaatan total, berulang kali disebutkan bahwa hanya mengharap ridha-Nya-lah yang harus melatari dan menyemangati ketaatan itu.
Ayat 178-242 : Kehidupan Komunal : Prinsip, Hukum dan Institusi Hidup Bermasyarakat
Kehidupan komunal merupakan hal penting karena merupakan lingkungan bagi pertumbuhan personal sekaligus penting bagi perkembangan kolektif untuk memenuhi misi umat. Ajaran, prinsip dan aturan hidup taqwa, terutama dalam bermasyarakat, dibahas pada bagian ini.
Kesucian hidup dan harta adalah fondasi kembar bagi kesatuan dan tata dalam masayarakat (178-182). Diikuti oleh perintah dan peraturan puasa di bulan Ramadhan. Ibadah haji dihubungkan dengan jihad, karena pada dasarnya keduanya sama memerlukan pengorbanan dan menghabiskan harta.
Filosofi dan kepentingan jihad (perjuangan) ditekankan sebagai upaya menyelamatkan kemanusiaan dari tindasan pemimpin korup, arogan, menyebarkan kekacauan, genosid di bumi dan membuat penderitaab bagi umat manusia.
Bagian ini juga membahas masalah minuman keras dan judi, yang membuat manusia mengelak dan lari dari tanggung jawab dan usaha, juga menyebabkan keserakahan harta. Dalam konteks ini (minuman keras dan judi) adalah penghalang jihad.
Kemudian surat ini mengarahkan kita ada mereka yang tertindas dari kalangan yatim dan perempuan. Selanjutnya hukum mengenai keluarga ditegaskan, karena ia adalah fondasi kohesi sosial dan budaya manusia.
Ayat 243-283 : Jihad (Perjuangan) dan infaq (Pengeluaran Dana): Kunci Kesuksesan Pemenuhan Misi
Apa yang membuat bangsa-bangsa dan masyarakat hidup, kuat dan berhasil ? Jihad dan infaq. Rasa takut mati dan cinta dunia yang berlebihan melemahkan dan menghancurkan masyarakat. Surat ini memberikan nasihat mengenai takut mati.
Bahwa masyarakat yang mati dapat hidup Kembali diilustrasikan melalui beberapa kisah, di antaranya kisah Thalut dan Jalut. Dengan sabar dan disiplin, pasukan sedikit dapat mengalahkan pasukan yang lebih besar, dengan izin Allah.
Topik mengenai menginfaqkan harta di jalan Allah adalah topik selanjutnya,juga mengenai larangan riba.
Ayat 284-286 : Kesimpulan : Bekal Moral dan Spiritual
Apa yang membuat pribadi dan masyarakat kuat dalam menghadapi cobaan hidup dalam melaksanakan misi yang diamanahkan Allah ? Tiga ayat terakhir memberikan bekal moral dan spiritual.
- Iman kepada Allah adalah sumber daya utama.
Ingatlah bahwa Allah adalah pemilik jagat raya. Dengan demikian, kita faham bahwa kita adalah yang dipercayakan untuk mengelolanya bukan pemiliknya. Semua yang kita miliki hakikatnya bukan milik kita, tetapi milik Allah, sehingga bersyukurlah kita kepada-Nya. Kita harus mempertanggungjawabkan.
- Iman ini dalam ayat 285 didetailkan.
- Selanjutnya iman tidak cukup hanya sebagai masalah metafisis tetapi perlu konkretisasi. Bentuk konkretnya adalah pada sikap “dengar dan patuh “ kepada Allah dan Rasul-Nya.
- Ayat 286 merupakan harta ketenangan, hiburan dan pemberi semangat. (1) Allah tidak membani kita di luar kemampuan kita, dalam syari’at yang dia tetapkan dan perjuangan yang dituntut. (2) Kita dinilai dari amal perbuatan kita sendiri bukan apa yang orang lain kerjakan.(3) Perintah Syariah dan ujian kehidupan tidak diluar kesanggupan kita. (4) Kita diajarkan untuk selalu meminta rahmat dan ampunan-Nya. (5) Kita diajarkan untuk selalu meminta kemenangan (kesuksesan).
Catatan Rujukan
Pertama kali membaca brosur ini dari kopi-foto makalah yang saya dapatkan dari teman kuliah (Komara Hidayat) di tahun 1999, dengan judul : Pengantar Surat Al Baqarah, Beberapa refleksi atas tema dan hubungan struktural. Komara mendapatkannya dari kajian yang diikuti di Al Qudwah Depok. Tidak dituliskan penerjemahnya.
Key To Al Baqarah diterbitkan oleh Islamic Foundation, 2001.