Menjadi aktivis dakwah [thulabiyah] merupakan pilihan sadar yang mentransformasi kepribadian seseorang. Mereka yang terlibat dalam aktivitas dakwah thulabiyah, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi mengalami proses transformasi ini, secara mayoritas, untuk tidak mengatakan semuanya.
Tipologi kepribadian sebelum dan sesudah menjadi aktivis [thulabiyah] merupakan dua kontras yang berbeda. Kata khas yang sering muncul dari para aktivis untuk mendeskripsikan hal ini dalam terminologi para aktivis adalah masa jahiliyah versus masa hidayah. Masa hidayah ini dimaknai dengan kesibukan dalam aktivitas dakwah: berorganisasi, terlibat dalam kepanitian acara-acara keislaman, pembinaan kader, kajian keislaman, demonstrasi-demonstrasi terkait dengan permasalahan ummat.
Salah satu hasil transformasi, pada konteks ini, adalah terbukanya minat dalam alam pikiran Islam. Ketertarikan untuk mengetahui lebih lanjut pengetahuan Islam. Apresiatif terhadap wacana pemikiran Islam. Budaya membaca (buku, majalah, bulletin Islam). Identifikasi dan afiliasi terhadap pemikiran Islam tertentu. Diskusi dan dialog mengenai isu-isu keislaman : problematika umat, isu-isu fiqh, kebijakan dakwah dll. Kita dapat menyebut ini sebagai partisipasi kognitif dalam pemikiran Islam.
Partisipasi kognitif dalam dunia pemikiran ini memiliki beberapa fenomena yang harus dipahami. Hal ini terkait dengan dimensi kehidupan intelektual mayoritas aktivis yang berada dalam situasi “tanggung”. Situasi tanggung ini terkait dengan kondisi penguasaan aktivis dakwah terhadap khazanah pemikiran Islam. Ketanggungan ini adalah kondisi dimana penguasaan khazanah pemikiran Islam aktivis dakwah [thulabiyah] tidak berada dalam taraf penguasaan yang didukung oleh penguasaan ilmu-ilmu keislaman yang membentuk kerangka metodologis pemikiran seseorang, tetapi tidak juga berada dalam taraf keawaman yang tidak mengetahui dan memahami detail-detail pemikiran Islam.
Kondisi psikologis ini pada sisi lain bertemu dengan kenyataan sosiologis dunia pemikiran kontemporer. Akses terhadap dunia pemikiran begitu luas dan bebas. Buku-buku rujukan, daras, maupun wawasan pemikiran Islam tersedia bebas untuk diakses. Diskusi-diskusi pemikiran, baik secara melalui media online atau melalui diskusi-diskusi informal banyak terjadi. Munculnya pluralitas gerakan (harakah) yang dengan latar dan referensi pemikiran yang berbeda-beda.
Salah satu fenomena yang dapat dicermati adalah fenomena konversi [pindah gerakan] seorang aktivis dakwah [thulabiyah] ke gerakan lain. Konversi ini tentu saja tidak monolitik ke satu gerakan, tetapi fenomena konversi ke beberapa tipe gerakan. Pilihan gerakan bisa beragam, dari model gerakan yang lebih menganjurkan pendalaman dasar-dasar keilmuan dan aqidah sampai gerakan yang mengusung liberalisme pemikiran, dari gerakan yang menjunjung tinggi intelektualisme sampai gerakan yang anti intelektualisme, dari gerakan yang a-politis sampai dengan gerakan yang politis, atau gerakan yang memberikan nilai aktivisme lebih tinggi [baik islami maupun kiri].
Terlepas dari faktor pemicu lain, misal kekecewaan yang dialami selama bergabung dalam aktivitas dakwah; faktor psikologis (suasana ‘tanggung’ dalam pemikiran) dan faktor sosiologis (lingkungan kognitif kontemporer), hemat penulis, memberikan andil dalam menstimulasi ketegangan pemikiran yang memicu konversi gerakan seorang aktivis.
[Artikel ini sudah pernah dimuat di http://www.ukhuwah.or.id antara tahun 2005 sd 2008, saat ini ukhuwah.or.id sudah tidak aktif]