Apakah Al Qur’an Masih Relevan
Apakah Al Qur’an masih relevan bagi kita ? Peradaban modern telah melakukan lompatan raksasa dalam semua bidang kehidupan, masihkah Al Quran yang diturunkan ribuan tahun lalu relevan dengan kehidupan kita saat ini ? Dalam pernyataanya sendiri, Al Quran merupakan kata-kata Allah yang abadi. Sehingga ia tetap memiliki relevansi abadi pula bagi manusia. Sebagaimana ia telah membukakan kekayaannya kepada generasi pertama yang menerimanya. Di sisi lain Al Qur’an tidak tersusun secara kronologis, ini juga memberikan hikmah besar kepada kita akan relevansinya bagi setiap zaman dan tempat.
Jika ia sama relevannya dengan ketika pertama kali diturunkan, bagaimana kita melakukan interaksi yang tepat kepadanya ? Atau, sebagai orang awam, yang tidak memiliki latar belakang ilmu-ilmu syar’i, dapatkah kita mengambil manfaat Al Qur’an untuk kehidupan kita ? Secara aksiomatis (berdasar keimanan kita), karena Al Qur’an adalah kitab petunjuk bagi manusia, pertanyaan itu harus dijawab dengan ya. Pertanyaannya kemudian, bagaimana kita mengoperasionalkan proses interaksi itu dalam batas-batas keawaman kita ?
Khurram Murad dalam Way To The Qur’an (Edisi Islamic Foundation, terjemahan Bahasa Indonesia. Membangun Generasi Qur’ani terbitan Media Dakwah 1999) memberikan nasihat bagaimana kita dapat berinteraksi dengan Al Qur’an bagi mereka yang berlatar belakang non-syar’i dalam bidang keilmuannya. Beliau mengungkapkan untuk dapat mengambil manfaat besar dari Al Qur’an pertama-tama kita harus memasuki dunia Qur’an sebagaimana Allah berbicara kepada kita. Ini membawa kita pada :
- Kita harus menyadari Al Quran sebagai perkataan Allah, dan ia amat berarti bagi kita, dan membawa kekaguman, cinta dan kemauan untuk bertindak merealisasikannya
- Kita harus membacanya sebagaimana ia diminta untuk dibaca
- Kita harus menjadikan setiap katanya mempunyai pengaruh nyata pada hidup kita sendiri
Al Qur’an menyifati dirinya sebagai sebentuk kasih sayang dari Tuhan. (2:38). Ia adalah senjata penolong kerapuhan diri kita, cara untuk mengobati ketakutan dan kekhawatiran kita. Cahaya untuk menerangi jalan menuju kesuksesan dan keselamatan. Penyembuh bagi penyakit diri dan sosial. Pengingat yang tetap terhadap tujuan dan sifat (karakter) diri kita, dari posisi, pahala dan dosa kita. Diturunkan melalui lisan Nabi yang terpercaya, ia merupakan jalan untuk untuk mendekatkan diri kepada Pencipta kita. Yang perlu diingat selalu adalah bahwa ia adalah perkataan Tuhan.
Interaksi dengan Al Qur’an oleh Al Qur’an digunakan istilah tilawah, yang sering diartikan sebagai membaca. Tilawah, istilah yang digunakan Quran untuk kegiatan pembacaannya berarti mengikuti. Arti membaca muncul dari makna ini (mengikuti) ia berarti menerangkan kata-kata yang berurutan,dan makna yang beralur. Tilawah berarti berdekatan, berjalan maju, mengalir, bergerak untuk mencapai, mengambil petunjuk, bertindak, berjalan, mempraktekkan dan untuk mengerti.
Partisipisai Internal
Partisipasi Internal.Untuk melakukan interaksi dengan Al Qur’an diperlukan partisipasi internal diri kita. Meliputi :
Kondisi Kesadaran
- Katakan pada diri kita : pembacaan Quran-ku tidak benar-benar merupakan tilawah kecuali dengan adanya partisipasi rohaniku di dalamnya
- Katakan pada diri kita : aku berada dalam kehadiran Allah, Dia melihatku.
- Katakan pada diri kita : Aku mendengarkan dari Allah
- Katakan pada diri kita : Allah mengarahkan pembicaran-Nya padaku.
- Katakan pada diri kita : Setiap kata dalam Quran diperuntukkan bagiku
- Katakan pada diri kita : Saya berbincang deng Allah saat membaca Quran
- Katakan pada diri kita : Allah pasti memberiku semua ganjaran yang dijanjikan-Nya melalui utusan-Nya, karena membaca dan mengikuti Qura.
Tindakan Hati dan Tubuh
- Biarkan hati hidup dan memberi respon teradap apapun yang Quran katakan
- Biarkan lidah merespon kata-kata Quran
- Biarkan respon hatimu ditumpahkan mellaui air mata (kebahagiaan atau ketakutan) sebagai jawaban pada apa yang dibaca
- Ambil sikap tubuh yang merefleksikan penghormatan dan penerimaan diri akan perkataan Tuhan
- Membaca dengan tartil
- Sucikan diri
- Memohon pertolongan, ampunana, petunjuk dan perlindungan saat membaca Quran
Aturan Pembacaan
Seberapa sering kita mesti membaca Al Qur’an ? Setiap hari secara teratur. Seberapa banyak yang harus dibaca ? Bervariasi bagi setiap orang, tergantung maksud pembacaan. Kapan waktu yang tepat ? Setiap saat, walaupun ada waktu-waktu khusus yang lebih berkesan (misalnya pada saat sepertiga malam terakhir -qiyamulail).
Membaca Al Qur’an hendaknya dengan tartil, indah dan merdu. Khatamkan Al Quran beberapa kali dalam satu tahun. Hafalkan Al Qur’an.
Bentuk interaksi selanjutnya yang perlu kita bangun terhadap Al Qur’an adalah dengan melakukan studi dan pemahaman.
Studi dan Pemahaman
Apakah penting bagi kita untuk memahami ? Khurram Murad menjelaskan keberkahan dan kekayaan Quran semakin utuh didapatkan jika kita memahaminya. Quran datang sebagai petunjuk, pengingat dan obat. Ia bukan sakramen atau benda magis. Ia datang untuk merubah kita dan memimpin pada sebuah kehidupan baru. Mengerti bukan jaminan pasti untuk menemukan kehidupan baru, tetapi tanpanya tugas pemenuhan tujuan nyata dari Quran dan pengajakan manusia kepadanya menjadi sulit.
Apakah dengan status keawaman kita dari penguasaan ilmu-ilmu Al Qur’an kita memiliki hak untuk memahami, mengerti Al Qur’an ? Khurram Murad menjelaskan, pemahaman/pengertian (sebagaimana diungkapkan dalam Al Qur’an) memiliki dua kategori: tadzakkur dan tadabbur. Tadzakkur, berarti penerimaan peringatan, nasehat, menghafal, memperhatikan dan memasukkan ke dalam hati. Ia adalah proses dimana kita mencoba menangkap pesan-pesan umum dan pengajaran yang dibawa Quran, untuk mendapatkan apa yang dimaksudkannya pada kita, apa yang diminta dari kita, mengambilnya ke dalam hati, memberikan respon hati, pikiran dan sikap, mendorong kemauan untuk bertindak dan menyebarkan pesan pada manusia lain. Dalam pengertian tadzakkur inilah Qur’an menyatakan ia dimudahkan untuk dimengerti. Sedangkan Tadabbur, merupakan proses penggalian yang lebih dalam dan penuh terhadap makna-makna ayat dan surat Al Qur’an. Menggali dan menganalisa kerumitan-kerumitan di dalamnya. Kategori pemahaman ini mensyaratkan penguasaan terhadap ilmu-ilmu Al Qur’an.
Apa sasarannya ? Bagi kita yang awam, tadzakkur adalah sasasaran utamanya, walaupun tidak menutup kemungkinan dengan melengkapi penguasaan ilmu-ilmu Al Qur’an.
Untuk memahami Al Qur’an diperlukan keperluan dasar. Beliau menyebutkan beberapa keperluan dasar itu :
- Bahasa Arab. Sulitkah menguasainya ? Beliau mengatakan menemukan buku dan guru yang tepat akan membantu kita dengan cepat untuk memahami bahasa Arab.
- Membaca seluruh Al Qur’an
- Membaca karya Tafsir Al Qur’an
- Membaca karya Tematis tentang Al Qur’an
- Membaca secara berulang-ulang
- Pikiran yang selalu bertanya
Beberapa prinsip berikut perlu diperhatikan untuk memahami Al Qur’an
- Mengerti sebagai kenyataan hidup. Setiap makna memiliki relevansi pada hari ini.
- Mengerti sebagai sebuah pesan untuk kita
- Mengerti sebagai bagian dari keseluruha
- Mengerti sebagai kesatuan teks yang konsisten
- Mengerti dengan partisipasi keseluruhan kepribadian kita, melibatkan keseluruhan pikiran, perasaan, hati dan akal.
- Mengerti apa Quran yang katakan pada kita, tidak mencari dukungan bagi opini pribadi kita.
- Tetap dalam konsesus umat
- Mengerti Quran dengan Quran
- Mengerti Quran dengan Hadist
- Mengerti Quran dari aspek bahasa
- Pengetahuan umum kadangkala membantu kita untuk memahami makna-makna ayat Al Qur’an
- Studi terhadap Al Qur’an ini dapat dijalankan sebagai proses personal maupun kolektif (melalui kuliah, mendengarkan kajian dsb).
Menghidupkan Al Qur’an
Langkah interaksi selanjutnya adalah menghidupkan nilai-nilai Al Qur’an. Membaca Quran hanya akan memberi keuntungan sedikit bagi kita, kecuali bila kita mulai berubah dan merekonstruksi kehidupan kita dalam penyerahan tulus kepada Allah yang memberi kita Qur’an. Pada setiap halamannya Quran adalah undangan untuk menyerah, menerima, berubah dan bertindak. Pembacanya dikonfrontasikan untuk memutuskan dan bertanggungjawab terhadap dirinya.
Menghidupkan Al Qur’an berarti merekonstruksi kehidupan kita dengan nilai-nilai Al Qur’an. Makna selanjutnya adalah mendakwahkan Al Qur’an. Al Qur’an adalah kitab dakwah, sejak awal turunnya. Dengan memperjuangkan nilai-nilai Al Qur’an kita dapat memahami lebih jauh dan menjumpai kisah, karakter manusia, kebahagiaan yang disebutkan dalam Al Qur’an.